Akhir-akhir ini berita mengenai
profil Menteri Kelautan dan Perikanan yang baru saja dilantik pada kabinet
kerja presiden Jokowi ramai sekali diperbincangkan khusunya di media social. Banyak
sekali yang menghujat tentang tata cara dia bersikap dan berpenampilan. Kebiasaan
dia merokok plus tato lobster yang tergambar dengan jelas pada betisnya membuat
rakyat Indonesia merasa beliau tidak pantas untuk menduduki jabatan setingkat
menteri yang notabene adalah pejabat tinggi negara. Saya paham mengapa sejumlah
masyarakat ini resah terhadap sosok ibu Menteri yang satu ini. Merokok di depan
umum apalagi di istana negara jelas merupakan tindakan yang tidak pantas
dilakukan oleh siapapun apalagi pejabat negara. Belum lagi tato dan tingkat
pendidikan beliau yang hanya sampai tamatan SMP makin membuat masyarakat
khusunya anti sekulerisme meradang. Mereka khawatir terhadap anak-anak mereka
kelak akan mencontoh apa yang dilakukan oleh seorang menteri, para orang tua takut
jika yang dilihat anak-anak hanya sisi merokok, tato dan lulusan SMP bukan
sosok pekerja kerasnya. Ditambah lagi banyak timeline di FB yang diupload oleh
penganut #sekulerinlander berseliweran foto bu Susi yang disandingkan dengan
Ratu Atut dilengkapi dengan kalimat “Masih saja lebih
percaya sama yg 'tampak' rapi, santun & agamis? Kapan belajarnya sih
Indonesia?”. Oke mungkin saja bu Susi ini memang secara kerja lebih oke
dibanding Ratu atut tapi itu untuk kasus di perusahaannya sendiri, tapi
bagaiman jika dia menduduki jabatan sebagai pejabat negara stingkat menteri dimana
yang dikelolanya adalah kekayaan negara bukan kekayaannya sendiri. Kita semua
tidak pernah tahu kan apa yang terjadi di masa akan datang. kita semua juga
tidak ada yang bisa memberikan jaminan 100% bahwa beliau nantinya tidak akan
melakukan tindak korupsi sepeser pun. Wallahua’alam...
Yang saya
cermati dari hot topic mengenai Ibu
Susi Pudjiastuti adalah sudah separah itukah cara pandang rakyat Indonesia
khusunya genearis muda terhadap korupsi, sehingga menganggap kemunduran
attitude itu jauh lebih baik dibandingkan dengan korupsi. padahal menurut saya
cikal bakal korupsi itu sendiri adalah berawal dari kemunduran attitude. Sikap permisif
kita terhadap tindakan/perilaku yang tidak ‘pantas’ itulah yang menjadi akar
dari munculnya korupsi. Saya paham mungkin kita semua terlalu lelah dengan
berita di televisi yang hampir tiap hari menyajikan berita para pejabat negara
satu persatu diciduk oleh KPK akibat tindakan korupsi yang diduga dilakukannya.
Seakan-akan untuk menemukan pejabat yang benar-benar amanah setara dengan
pepatah bagai mencari jarum di tumpukan jerami, sangat susah sekali. Korupsi
sudah menjadi penyakit yang sangat menjijikkan bagi masyarakat Indonesia,
sehingga kedudukannya mungkin berada di tingkat paling bawah untuk tindak
kejahatan dan kebobrokan menurut kaca mata orang Indonesia. Akibat cara pandang
itulah muncul sejumlah gerakan pembelaan terhadap bu Susi yang mengatasnamakan
kebebasan dan yang penting tidak korupsi, padahal kita sendiri juga belum menguji
Intergritas beliau pada bangsa ini.
Namun kabinet
yang baru sudah dilantik dan ditentukan siapa saja yang mendudukinya. Tidak mungkin
juga kita berdemo pada pak presiden untuk menurunkan Ibu Susi Pudjiastuti hanya gara-gara merokok dan bertato yang
memang jika dipikir hanya dengan logika itu sama sekali tidak ada relevansinya.
Saya tidak berharap Ibu Susi untuk berubah menjadi seperti Ratu Atut dengan
penampilan santun namun menusuk rakyatnya dari belakangdari belakang, tentu itu
jauh lebih buruk dari sekarang tapi saya
sangat berharap jika yang dijadikan contoh bu Susi adalah ibu Walikota Tri
Risma Harini yang memiliki segudang prestasi dan Integritas tinggi terhadap
rakyat tanpa merokok, tato dan tentunya berpendidikan tinggi. Kita berdoa saja
agar bu Susi sadar bahwa ada jutaan mata termasuk anak-anak yang melihat beliau
sebagai pejabat negara yang sudah seharusnya bisa dijadikan contoh bukan hanya
dari sisi etos kerja saja namun juga dari segala aspek khususnya attitude.