Saya termasuk orang yang interested mengikuti dunia politik di
Indonesia. Maklum sejak saya kecil Bapak hampir setiap hari dan kalo lagi ga
ada yang dikerjakan ya mantengin siaran televisi yang menayangkan berita
seputar politik dan pemerintahan. Bapak saya bukan sekedar hanya mantengin tapi
juga selalu memberikan komentar, bahkan gak jarang bapak saya ikut
ngomel-ngomel apabila ada berita yang menampilkan kelakuan para pejabat yang
gak bener.hahaha.... Alhasil sampai sekarang saya secara tidak sengaja selalu
terbawa dalam euphoria perpolitikan
di Indonesia, apalagi masa-masa pemilu seperti di tahun 2014 ini.
Anyway, bicara soal pemilu, saya
selama hidup 28 tahun di bumi Indonesia ini baru kali ini merasakan pemilu itu
benar-benar hidup. Karena hampir setiap orang berani mengutarakan siapa yang
menjadi pilihannya. Mulai dari kantor pemerintahan, kampung, warung kopi,
bahkan sampai pasar, saya selalu mendengar pembicaraan orang yang didalamnya
disisipi dengan pembicaraan capres dan cawapres. Seneng sih lihatnya, karena
itu artinya orang Indonesia sebagian besar sudah melek politik dan tidak lagi
apatis terhadap pemilu. Sampai akhirnya pemilu dilaksanakan dan keputusan KPU
tentang siapa yang jadi pemenang pilpres sudah ditetapkan euphoria itu tetap
terasa. Mulai saling mencaci maki, serta mengolok-olok pihak yang kalah
diantara para simpatisan dan pendukung dari atas ke bawah, sampai saling
menuduh tanpa bukti yang jelas kalau KPU bertindak curang sudah menjadi pemandangan
yang biasa terutama di social media.
Saya pikir panasnya suhu politik
di Indoesia kembali menurun ketika KPU sudah memutuskan siapa yang jadi
pemenang pilpres, namun ternyata anggapan saya salah. Pihak yang kalah merasa
didzolimi karena KPU sudah bertindak curang atas dirinya. Sehingga melaksanakan
upaya lain untuk merebut kemenangan itu dengan jalan menggugatnya ke Mahkamah
Konstitusi. Dan akhirnya pada tanggal 21 Agustus 2014 MK membacakan hasil
keputusan atas gugatan kepada KPU. Hasil tersebut menetapkan bahwa MK menolak
segala permohonan dari pihak penggugat yang artinya menyetujui hasil Pilpres
2014 yang ditetapkan KPU.
Saya berharap dengan dibacakan
keputusan MK tersebut, maka semua pihak bisa menerima dengan legowo. Jangan ada
lagi yang menang mengolok-olok yang kalah, dan yang kalah menuduh curang kepada
yang menang. Alloh sudah menunjukkan kuasanya, Dia sudah menetapkan siapa yang
dia pilih untuk memimpin Indonesia lima tahun ke depan. Alloh tidak mungkin
memberikan pemimpin yang tidak sesuai dengan rakyatnya, karena kualitas
pemimpin itu adalah cerminan dari kualitas rakyatnya. Maka dari itu tugas kita
sekarang adalah bukan larut dalam kesenangan karena pilihan kita menang, atau
dongkol dan mencaci maki penyelenggara pemerintahan karena pilihan kita kalah,
melainkan mengawal dan memantau kinerja pemerintahan yang baru serta tak lupa
pula memberikan sumbangsih apa saja yang bisa kita lakukan pada bangsa
Indonesia ini mulai dari hal yang kecil. Bukankah kita memilih presiden tujuan
utama untuk Indonesia yang lebih baik?
Dan akhirnya saya ucapkan selamat
kepada Pak Jokowi. Walaupun saya tidak memilihmu, tapi saya yakin anda adalah
orang yang paling tepat yang dipilihkan Alloh untuk memimpin bangsa ini. Saya akan
terus mendoakan bapak agar Bapak tetap diberi kesehatan jasmani yang kuat agar terus dapat menjalan kan tugas dengan penuh energi dan
rohani yang tangguh agar dapat menjalankan tugas dengan amanah dan tidak menjadi pemimpin yang keblinger seperti yang
sudah-sudah. Kepadamulah jutaan rakyat Indonesia menggantungkan harapan akan
Indonesia lebih baik, Indonesia yang tidak lagi diremehkan oleh bangsa
asing, Indonesia yang anak-anak di dalamnya bisa dengan leluasa belajar dan
mengembangkan bakatnya, Indonesia yang bisa melindungi warga negaranya dari
kejahatan pihak asing, Indonesia yang akan lebih kuat mempertahankan dirinya
untuk tidak dirampas kekayaan alamnya, Indonesia yang rakyatnya sangat bangga
menjadi warga negaranya. Ya..Indonesia Hebat....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar